All blog posts
Explore the world of design and learn how to create visually stunning artwork.
Pembersihan usus besar untuk alasan kesehatan sudah dipraktekkan ribuan tahun yang lalu. Banyak sumber tertulis dan gambar yang menguatkan informasi tersebut. Orang – orang Mesir, Yunani dan Romawi kuno menggunakan pembersihan usus besar sebagai salah satu terapi untuk meningkatkan kesehatan dan menyembuhkan penyakit.

Pada tahun 1872, George Ebers, seorang ahli Mesir Kuno yang berasal dari Jerman menemukan sebuah dokumen medis kuno yang masih berbentuk Papirus. Dokumen itu mencatat bahwa metode pembersihan usus besar ini telah dipraktekkan Firaun sekitar tahun 1550 SM.

Herodatus yang dikenal sebagai Bapak Sejarah Dunia dari Yunani, menulis pada abad ke – 5 SM bahwa orang Mesir mempercayai bahwa segala penyakit dalam tubuh manusia berasal dari makanan, sehingga setiap bulan selama 3 hari berturut mereka akan melakukan detoksifikasi dengan cara memuntahkan apa yang ada di dalam perut dan minum obat.

Hipocrates, Bapak Pengobatan Yunani kuno, yang dimasa kini dikenal sebagai Bapak Kedokteran Klinis, juga menyarankan penggunaan enema pada banyak kesempatan. Hal itu beliau tulis dalam Buku Risalah kesehatan yang menjelaskan tentang prosedur pengobatan, untuk penyakit akut. Prosedur tersebut meliputi pembersihan, ramuan, mandi, kompres hangat, enema, supositoria (pemberian obat melalui anus/dubur/vagina), dan veneseksi/flebotomi.
Beberapa tokoh kesehatan dunia yang menyetujui penggunaan enema sebagai bagian dari terapi kesehatan antara lain:
- Aurelius Cornelius Celsus seorang dokter Romawi juga seorang Filsuf dan Penulis, mempercayai dan menyetujui penggunaan enema nutrisi. (Celsus on Medicine).
- Claudius Galenus seorang dokter Yunani yang hidup pada masa pemerintahan Kekaisaran Romawi menambahkan bahwa enema diperlukan untuk memudahkan fases yang terlalu keras dan kering di beberapa bagian usus. (Celsus on Medicine & Galen, Hippocratis De Humoribus Comementaries).
- Oribasius seorang dokter sekaligus penasehat politik yang bertugas untuk kaisar Romawi Julian the Apostate. Oribasius menyetujui praktek enema untuk menunjang kesehatan, dan mencatatnya dalam sebuah buku “Collectionum Medicarum Reliquiae”. Di buku ini Oribasius juga menuliskan pengetahuan medis Hipocrates, Galenus dan ilmuwan lain.
- Aetius, dokter kaisar Bizantium Justinian I, menyusun Tetrabiblion kesehatan manusia dan menambahkan kumpulan tulisan Rufus, Hipocrates dan Galenus. Isi di dalamnya termasuk menyetujui penggunaan enema sebagai bagian dari terapi kesehatan. (Aetius, Libri Medicanales).
- Dokter Zhang Zhongjing, yang dikenal sebagai ‘Hipocrates Tiongkok’, pada abad ke-3 Masehi menuliskan bahwa enema dengan menggunakan empedu babi adalah salah satu terapi pada pasien demam tifus. Buku terkenal dokter Zhang adalah Shanghan Zabing Lun”.
Seiring berjalannya waktu enema mulai dikenal seluruh dunia pada saat terjadinya Perang Dunia 1. Jerman yang saat itu diblokade oleh Sekutu menyebabkan terbatasnya persediaan medis, diantaranya obat penghilang rasa sakit khususnya morfin. Kamp – kamp kesehatan kewalahan menerima kiriman prajurit yang terluka. Mereka juga sangat sulit mengatur bagaimana memberikan morfin yang amat sangat terbatas pada prajurit yang harus dioperasi dan pasca operasi untuk meredakan rasa nyeri mereka.
Di sisi lain jika tentara mengalami sembelit, para perawat sering kali memberikan mereka enema air agar semuanya berjalan lancar.

Para perawat yang setiap harinya menyediakan kopi untuk para dokter agar tetap dapat berenergi dan terjaga, sering melihat ada sisa kopi di teko. Kemudian para perawat menemukan ide untuk menggunakan sisa kopi tersebut untuk enema. Para perawat berpikir jika kopi dapat membuat para dokter berenergi dan terjaga maka para prajurit yang terluka mungkin dapat juga merasakan efek yang sama. Tanpa diduga, selain membuat para pasien terjaga dan berenergi, enema kopi juga membuat para prajurit yang terluka tidak merasakan nyeri tajam lagi. Karena hasil yang baik tersebut, selanjutnya enema kopi dijadikan bagian bagian penting dari pengobatan di kamp kesehatan dan penghilang nyeri setelah tindakan operasi.
Setelah perang usai, dua profesor Jerman yang penasaran dengan pengalaman para perawat di kamp kesehatan itu meneliti dan mempelajari bagaimana enema kopi bisa mempunyai efek sebaik itu. Mereka menggunakan seekor tikus laboratorium untuk mengadakan pengujian. Mereka menemukan bahwa saat kafein dari kopi memasuki liver melalui sistem portal akan menyebabkan peningkatan cairan empedu. Empedu akan menjalankan fungsinya mengeluarkan racun dan toksin yang ada di dalam tubuh.
Penelitian lebih lanjut pada tahun 1920-an oleh profesor Jerman menunjukkan bahwa kafein akan diserap melalui colon descendens ke vena hemoroid, kemudian akan dibawa ke vena portal menuju hati, membuka saluran empedu, meningkatkan alirannya dan melepaskan toksin dari tubuh melalui saluran usus.
Maju lagi ke tahun 1960 – 1970, Luke Lam, Velta L. Sparnins, Lee W. Wattenberg dari Universitas Minnesota, mengadakan penelitian terkait efek enema kopi dan ditemukan bahwa kafein pada kopi yang ditahan di dalam usus besar, akan merangsang sistem enzim glutathione S-transfer (bagian dari enzim Ligandine) di liver/hati, untuk meningkatkan aktivitasnya hingga 600 – 700%. Enzim ini mampu menetralkan radikal bebas yang sangat merusak sel dan mengeluarkannya dari tubuh melalui saluran usus. Selama enema kopi ditahan kurang lebih 15 menit di dalam usus besar, semua darah dalam tubuh melewati hati setidaknya lima kali. Sebagai informasi tambahan, setiap tiga menit semua darah dalam tubuh akan melewati hati. Penelitian ketiga ilmuwan tersebut telah diterbitkan dalam beberapa jurnal.
Selain merangsang sistem enzim, kandungan lain dalam kopi selain kafein yaitu teobromin, teofilin, memiliki efek fisiologis. Di antaranya adalah melebarkan pembuluh darah dan relaksasi otot polos. Itulah sebabnya dalam beberapa kasus di saluran pernafasan seperti sinusitis, mendapatkan banyak manfaat kelegaan bernafas setelah melakukan enema kopi.

Enema kopi semakin dikenal luas oleh dunia saat dokter Max Bernhard Gerson memasukannya dalam terapi kanker di kliniknya. Dokter Gerson mempercayai bahwa sejumlah besar kanker disebabkan karena radikal bebas dalam darah sehingga beliau menyadari pentingnya detoksifikasi tubuh dalam protokol penyembuhan kanker yaitu melalui enema kopi. Selain itu juga pemberian jus hijau secara intens setiap 3 – 4 jam sekali untuk menutrisi tubuh. Satu kalimat terkenal dari dokter Gerson adalah “Seorang pasien kanker tidak mungkin meninggal karena kanker di tubuhnya namun karena toksin yang terkumpul lama di dalam tubuhnya”.
Selain itu dokter Gerson juga meneliti dan membuktikan bahwa enema kopi dapat digunakan sebagai terapi alami penyembuhan diabetes tipe 2, TB Paru, TB Kulit selain fungsi utamanya sebagai painkiller. Bahkan fungsi painkiller alami itu beliau buktikan sendiri untuk mengatasi migrain yang dideritanya bertahun – tahun.
Namun menurut dokter Gerson, meskipun kafein dalam kopi mampu meningkatkan energi dan berfungsi juga sebagai painkiller, efek detoksifikasi karena peningkatan enzim glutahione hanya bisa didapat melalui enema kopi, bukan kopi yang diminum melalui saluran cerna.
Meskipun hasil penelitiannya sudah banyak dikenal dan diakui dunia, namun karena terapi dokter Gerson ini diluar cara – cara medis yang umum, hasil positif kemajuan pasien – pasien kankernya tidak pernah diakui, bahkan konon sengaja ditenggelamkan informasinya. Setelah dokter Gerson meninggal, pewaris ilmu sekaligus penerus Gerson Institute adalah putrinya, Charlotte Gerson.
Referensi:
(1). Luke Lam, Velta L. Sparnins, Lee W. Wattenberg Department of Laboratory Medicine and Pathology, University of Minnesota, Minneapolis, Minnesota, Cancer Research, 1982. diakses pada Februari 2025 https://aacrjournals.org/cancerres
(2). JAMA.1946;132(11):645-646. doi:10.1001/jama.1946.02870460035013, Gerson’s Cancer Treatment, volume 132, halaman 645, November 1946. diakses pada Februari 2025. https://jamanetwork.com/journals
(3). Justin Barr – Natalie B. Gulrajani – Alison Hurst – Theodore N. Pappas. Bottoms Up: A History of Rectal Nutrition From 1870 to 1920. PMCID: PMC10455437 PMID: 37638245 diakses pada Februari 2025. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/