
Riuh rendahnya, gelak tawanya menggoda raga.
Melebur di dalamnya adalah sebuah keindahan.
Jatuh bersamanya menyaji beribu kenikmatan.
Ahhh….sungguh tak terkira rasanya.
Di satu sudut remang.
Jiwa tersisih diantara puja puji.
Hati merintih dalam perih.
Sungguhkah ini kebutuhan diri.
Atau sebuah ironi.
Sang Agung berbisik.
“Ssssstt….berdiamlah…
Banyak makna tak teraba,
Banyak cinta tak tersapa
Terlalu sulit kau mendengar, anakKu….”
Terperangah.
Terlalu lama, sungguh terlalu lama.
Mengenggam kebenaran diri.
Berbungkus kepongahan.
Dan tepukan di dada.
Saatnya aku pulang.
Menempuh jalan sunyi.
RELATED POSTS
View all